Minggu, 22 Agustus 2010

LUNDAYEH - KRAYAN - Indonesia-Malaysia: Pendidikan di KRAYAN Kalimantan Timur

LUNDAYEH - KRAYAN - Indonesia-Malaysia: Pendidikan di KRAYAN Kalimantan Timur

MaschanLee

Pendidikan di KRAYAN Kalimantan Timur

Membangun Generasi Lundayeh melalui SMA Kristen
Lebih dari satu dasawarsa terakhir, PESAT hadir untuk membangun generasi Lundayeh melalui pendidikan formal dan nonformal. Yohanna Ginting adalah sosok yang melakoni pelayanan ini sejak 1996. Ia dan suaminya, Ir. Benny BS, beserta Dra. Adel Vina menjadi pengajar di SMA pertama yang dibuka di daerah terpencil ini, SMA Kristen Terpadu, Desa Krayan, Kec. Long Bawan, Kab. Nunukan, Kalimantan Timur.

SMA pertama di Krayan – Long Bawan ini mula-mula mendidik 13 orang murid. Usia mereka bukanlah usia normal untuk anak SMA. Murid yang sebagian telah berusia 20 tahunan itu bahkan tidak bisa baca tulis. “Di kelas satu (SMA) kami mengajari mereka membaca dan menulis,” kenang Ir. Benny sambil tersenyum. Hal ini terus berlangsung hingga beberapa tahun ajaran kemudian. Ini terjadi karena lemahnya sumber daya guru pada jenjang pendidikan di bawahnya serta rendahnya minat belajar para murid. Dulu, tamatan SMP dipaksa mengajar di SD karena tidak ada guru. Padahal wawasannya masih dalam tahap awal pengenalan ilmu pengetahuan.

Menerima murid lulusan SMA dalam kondisi buta huruf adalah tantangan tersendiri bagi para guru waktu itu. Tapi, optimisme dan kegigihan bisa menjawab semuanya. “Kami tak mungkin menolak murid yang “berijazah” SMP dan mengembalikan mereka dengan alasan tidak bisa baca,” lanjut Yohanna Ginting.

Meningkatkan minat belajar dan motivasi adalah stimulus yang dipakai untuk membuka cakrawala pemikiran dan wawasan pengetahuan para murid. Sekolah dikondisikan sebagai tempat yang menyenangkan. “Tapi kunci dari semua itu adalah pembangunan pendidikan harus dibarengi dengan pembangunan kerohanian murid melalui firman Tuhan,” tandas Benny, kepala sekolah SMAK Terpadu ini. Setidaknya, inilah metode tepat yang tak terbantahkan karena telah melewati uji empiris. Hanya beberapa angkatan kemudian, sekolah ini telah menciptakan manusia yang berhasil dan beriman.

Kini SMAK Terpadu sedang mempersiapkan angkatan ke XIII untuk menghadapi ujian akhir nasional (UAN). Tahun sebelumnya, 98% murid di sekolah ini lulus ujian tersebut. Satu prestasi yang patut disyukuri untuk sebuah SMA di pedalaman rimba Kalimantan.

Menjawab Tantangan dengan Iman dan Semangat Juang
Senja perlahan turun di tengah hujan yang berkabut dingin itu. “Selamat sore, Pak!” sapa beberapa siswa-siswi berseragam SMAK Terpadu sambil tersenyum cerah. Seragam mereka tampak basah karena hujan yang mengguyur. Beberapa bertelanjang kaki dibalut tanah liat. Saban hari, mereka memang harus berjalan selama empat jam pergi-pulang melewati jalan berlumpur yang rawan longsor. Rumah mereka ada di balik bukit. Namun, semangat yang luar biasa dapat saya tangkap dari perjuangan mereka.

Tahun ajaran 2008/2009, ada 115 orang murid yang Tuhan percayakan. Tahun ajaran ini sekolah hanya menerima 16 murid baru, lebih sedikit dari tahun sebelumnya. “SMA Kristen menekankan pembentukan karakter. Disiplin sekolah disini lebih ketat dibanding sekolah umum,” jelas Benny. “Lebih dari itu, sekolah ini pun seperti “bengkel manusia”. Kami menerima anak-anak yang dipecat dari SMA lain. Hanya dengan perjuangan, kami bisa membenahi sikap mentalnya. Ia diubahkan dan bisa lulus sekolah.”

Rencana program sekolah gratis di sekolah negeri yang dicanangkan Pemda Kaltim tak menyurutkan semangat kepala sekolah ini. “Kami tetap akan mendidik berapa pun anak yang Tuhan percayakan.” Namun, ia berharap agar sekolah juga mendapat subsidi. Bagaimanapun, SPP Rp35.000 per bulan untuk satu orang murid terasa kurang untuk membiayai operasional sekolah; listrik, ATK, gaji 15 guru dan penjaga sekolah. Perasaan getir sempat merasuki benak para pelayan pendidikan ini. “Tapi, aku tidak takut karena Tuhan bilang “Apakah kamu tidak melihat pemeliharaan-Ku selama 12 tahun ini?” tambah Yohanna Ginting sembari bersaksi.

Rindu Guru Lokal
Hingga kini, SMAK Terpadu masih dikenal sebagai sekolah berkualitas. Tampak dari pembinaan karakter murid, fasilitas sekolah (laboratorium dan perpustakan), serta kualitas intelektual murid yang dihasilkan. “Kami menanamkan nilai-nilai kekristenan di setiap bidang studi, dan di setiap kesempatan di sekolah ini,” lanjut Benny. Alumni sekolah ini ada yang sudah menjadi sarjana, dokter, guru, hamba Tuhan, PNS, polisi, pengusaha, bahkan pilot. Mereka tetap taat dan setia pada Tuhan.

Harapan ke depan, Ir. Benny menjelaskan bahwa ia sangat rindu jika sekolah ini diajar oleh guru-guru lokal, para Dayak Lundayeh. Beberapa tahun belakang, ia mulai mempersiapkan regenerasi dengan mengarahkan murid-murid yang kuat di bidang studi tertentu agar mau kembali ke Krayan dan mengajar di SMA setelah mereka selesai kuliah. SMAK Terpadu kini membutuhkan beberapa orang tenaga pengajar di bidang studi Fisika, Matematika, dan Bahasa Inggris. Jika Anda tertarik dan ingin membagikan pengetahuan dan hidup Anda untuk generasi kita di pedalaman sini, silakan menghubungi Yayasan Pelayanan Desa Terpadu.

Sumber: BAHANA Mey 2009